Rabu, 05 November 2008

Lingkungan

Solo, Kompas - Di wilayah hutan milik Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Surakarta, sedikitnya ada 542 hektar hutan "gundul", yakni 72,2 hektar di Kabupaten Karanganyar dan 469,8 hektar di Kabupaten Wonogiri. Belum terhitung untuk yang di Kabupaten Klaten, Sragen, dan Sukoharjo.

Hutan ini tidak murni gundul, melainkan masih ada trubusannya sehingga harus dilakukan pengayaan dengan penanaman pohon. Pada awal tahun 2005, jumlah hutan "gundul" di Surakarta sekitar 4.000 hektar.

Wakil Administratur Perum Perhutani KPH Surakarta Haruna Aji Wibawa, pada tahun 2008 program penghijauan akan dituntaskan untuk menutup hutan yang kerapatannya masih kurang.

Gundulnya hutan adalah salah satu sebab sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur yang menjadi penyumbang utama air Bengawan Solo. Masalah sedimentasi waduk yang menyebabkan berkurangnya usia dan fungsi waduk sebagai pengendali banjir, menurut Kepala Balai Penelitian Kehutanan Surakarta Edy Subagyo, harus menjadi perhatian bersama kabupaten dan mulai dari hulu hingga hilir sungai dan anak sungai yang bermuara di waduk.

"Karena bila waduk usianya panjang, air dari waduk juga lebih lama bisa dinikmati oleh daerah-daerah yang selama ini menikmati air, seperti Sukoharjo, Karanganyar, dan Klaten," katanya.

Begitu juga dengan Kota Solo yang akan kebanjiran hebat bila seluruh pintu air Waduk Gajah Mungkur dibuka, harus turut berpartisipasi. Ditambahkan Edy, bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi 26 Desember lalu disebabkan oleh banyak faktor, antara lain curah hujan, luas penutupan lahan yang terbatas, dan penggunaan lahan oleh masyarakat.

"Kondisi hutan jadi salah satu penyebab, tapi bukan satu- satunya. Kalau curah hujan terlalu tinggi, apalagi sebelumnya sudah hujan terus, tanah akan jenuh dan tidak mampu lagi menyerap air," katanya.

Oleh karena itu, kata anggota Dewan Perwakilan Rakyat Mutamimmul 'Ula melalui Tamim Center Solo, tingginya tingkat sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur harus ditangani serius sejak kini. Bila tidak, akan menjadi bom waktu bencana. Menurutnya, setidaknya saat ini harus diambil langkah jangka pendek berupa pengerukan waduk guna menghindari terulangnya bencana. "Jangka panjang, harus ada pengendalian erosi," katanya. (

Tidak ada komentar: